Senin, 28 September 2015

Tanda - tanda 100 hari menjelang kematian

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalaamu'alaikum Wr. Wb

  • Tanda 100 hari sebelum kematian:
Tanda ini akan terjadi selepas waktu ashar, seluruh tubuh yaitu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan menggigil
  • Tanda 40 hari Sebelum Meninggal :
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Ashar, bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya diatas arsy ALLAH S.W.T, maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita, antaranya ialah ia akan mulai mengikuti kita sepanjang masa.
  • Tanda 7 Hari Sebelum Meninggal:
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesaktian dimana orang sakit yang tidak makan, secara tiba-tiba ia berselera untuk makan…
  • Tanda 3 Hari Sebelum Meninggal :
Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahgian tengah dahi kita yaitu diantara dahi kanan dan kiri, jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti.
  • Tanda 1 Hari Sebelum Meninggal :
Akan berlaku sesudah Ashar ketika kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun dimana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu ashar keesokan harinya.
  • Tanda akhir :
Akan terjadi keadaan dimana kita akan merasakan sejuk dibagian pusar dan rasa itu akan turun kepinggang dan seterusnya akan naik ke bagian tenggorokan.

Pada saat ini hendaklah kita terus mengucap kalimat syahadat dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada ALLAH S.W.T yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

Semoga tanda-tanda 100 hari menjelang kematian ini akan membuat kita senantiasa sadar bahwa sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya di dunia ini.
Oleh karena itu mari kita mempersiapkan diri untuk kehidupan di akherat yang kekal.

Tidak ada yang tahu kapan datangnya kematian kecuali Allah S.W.T

Kematian adalah hal penting. Tak kurang dari 145 ayat dalam Al Qur'an yang menyebutkan atau membahas masalah kematian. Tentang waktu kematian adalah rahasia Allah semata. Tidak ada yang tahu kapan, di mana dan bagaimana seseorang akan mati. Karena kematian menyangkut terpisahnya ruh dengan badan. Dan tidak ada yang tahu banyak tentang soal ruh kecuali Allah. 

Allah berfirman:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (QS Al Isra' 17:85)

Allah hanya memberi konfirmasi bahwa kematian itu ada dan kerena itu mengingatkan manusia bahwa kematian dapat datang kepada kita sewaktu-waktu dan tidak akan dapat dihindari. Allah berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ

Artinya: Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh(QS An Nisa 4:78)

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ

Artinya: Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu. (Al Jum'ah 62:8).

Kematian

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalaamu'alaikum Wr. Wb


Kematian adalah satu perkara yang pasti akan menjemput manusia. Tak seorang pun dapat mengelak darinya. Walau di mana pun, pasti maut menjemputnya. Ketika tiba saatnya malakul maut menjemput, tak ada seorang pun yang bisa menangguhkannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Setiap jiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali ‘Imran: 185).


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun: 11)


Hikmah dari mengingat mati

Agar seseorang mempersiapkan dirinya dengan amalan shalih untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan berikutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr : 18).

Tidak ada yang dibawa kecuali amalannya

Ingatlah wahai saudaraku, ketika seorang meninggal tidaklah bermanfaat baginya harta, anak-anak, dan keluarganya. Yang bermanfaat baginya hanyalah amalannya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ؛ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ؛ فَرَجَعَ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، رَجَعَ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Tiga perkara yang akan mengantarkan mayit: keluarga, harta, dan amalannya. Dua perkara akan kembali dan satu perkara akan tetap tinggal bersamanya. Yang akan kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tetap tinggal bersamanya adalah amalannya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Oleh karena itu, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh salah seorang sahabatnya: “Siapa orang yang terbaik?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani).

Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar seorang muslim dalam kehidupan dunia ini hendaknya seperti orang asing atau orang yang numpang lewat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau yang sedang numpang lewat.”

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika engkau di sore hari janganlah menunggu pagi (untuk beramal shalih). Jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore hari. Manfaatkanlah kesehatanmu untuk masa sakitmu, manfaatkanlah masa hidupmu (dengan beramal shalih) untuk masa matimu.” (HR. Al-Bukhari)

Rabu, 23 September 2015

Penjelasan Tentang Takdir : MUALLAQ & MUBROM

بسم الله الرحمن الرحيم



TAKDIR MUBROM
Takdir Mubrom adalah takdir azali yang tidak bisa berubah. Takdir inilah yang sudah tertulis di Lauh Mahfudz.

TAKDIR MUALLAQ
Takdir Muallaq adalah takdir yang berada di buku yang dipegang malaikat. Takdir muallaq dapat berubah. Takdir ini yang dimaksud dalam QS Ar-Ra'd :30 "Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)"

DALIL AL-QURAN DAN HADITS TAKDIR DALAM QURAN DAN HADITS
- ٍَQS Yunus :61

وما يعزب عن ربك مثقال ذرة في الأرض ولا في السماء، ولا أصغر من ذلك ولا أكبر إلا في كتاب مبين

Artinya: Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

- QS Al-An'am :59

وما تسقط من ورقة إلا يعلمها، ولا حبة في ظلمات الأرض ولا رطب ولا يابس إلا في كتاب مبين

Artinya: dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"

- QS Al-Hadid :22

ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها، إن ذلك على الله يسير

Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

- QS Ash-Shaffat :96
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu"

- QS Al-Mulk :14
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

Artinya: Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?

- QS Ar-Ra'd 38-39
لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ* يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ.

Artinya: Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu). Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

- Hadits riwayt Tirmidzi
لا يرد القضاء إلا الدعاء، ولا يزيد في العمر إلا البر.

Artinya: Takdir tidak bisa ditolak kecuali dengan doa. Umur tidak bisa bertambah kecuali dengan amal kebaikan.

- Hadits Bukhari & Muslim
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من سره أن يبسط له في رزقه ويُنسأ له في أثره، فليصل رحمه.

Artinya: Bangsiapa yang ingin dipermudah rizkinya..., maka lakukan silaturrahmi (menyambung kekerabatan)

- Hadits riwayat Tirmidzi
إن صلة الرحم محبة في الأهل، مثراة في المال، منسأة في الأجل .

Artinya: Silaturahim itu disukai dalam keluarga, memperbanyak harta, dan memperpanjang usia

- Hadits riwayat Tirmidzi
صلة الرحم وحسن الجوار يعمران الديار ويزيدان في الأعمار.

Artinya: Silaturrahmi dan menjalin hubungan baik dengan tetangga itu memakmurkan rumah dan menambah umur.

Jodoh Dan Perceraian

بسم الله الرحمن الرحيم


Tanya Jawab Antara MURTAD (murid ustad) dan USTADZ tentang Jodoh dan Perceraian.

MURTAD: saya mau tanya beberapa hal, temen saya sempat bertanya apa itu jodoh??? lalu saya jawab jodoh itu orang yang akan jadi pasangan hidup kita.
USTADZ : Lebih tepat kalau dikatakan jodoh itu orang/sesuatu yang menjadi pasangan hidup kita. Jodoh adalah bagian dari rejeki, dia seperti juga rejeki-rejeki yang lain spt mobil, pekerjaan, dsb. Hal ini akan mudah dipahami kaitannya dengan cerai atau bukan jodoh.
MURTAD: lalu dia kembali bertanya “apakah orang yang menikah itu berarti jodohnya??”
saya jawab “ya”.
USTADZ : Betul, ikatan nikah itulah yang menjadikan istri kita sebut sebagai jodoh. Kalau belum dinikah berarti belum jodohnya.
MURTAD: lalu dia bilang ” mengapa ada orang yang bercerai??? apakah itu dinamakan jodoh??” , “mengapa Allah memberikan jodoh itu kalau akhirnya harus bercerai???”, “apakah itu berarti bukan jodohnya??” padahal dalam surat ar-rum 21, “……Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri…..”
USTADZ : Kita bicarakan dulu Surat Ar-Ruum ayat 21. Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai tanda kekuasaan Allah, Allah menciptakan manusia dan memberi setiap diri itu pasangan/jodoh atau istri. Bahkan dalam ayat itu disebutkan jamak yaitu istri-istri artinya satu orang lelaki boleh memiliki istri lebih dari satu (sampai 4). Ayat ini tidak pernah ditafsirkan kalau istri itu harus satu dan/atau sampai mati. Tidak. Garis besar ayat ini menjelaskan adanya pasangan/jodoh bagi setiap individu. Adapun istri itu bisa hanya satu dan sampai mati, tidak bercerari itu adalah suratan takdir. Berkat usaha dan rejeki orang itu seperti itu, sudah qodarnya begitu. Namun ternyata jika setelah menikah tidak bisa mempertahankan rumah tangganya, sampai kemudian bercerai karena sebab-sebab tertentu itu syah-syah saja. Artinya tidak berdosa. Sebab cerai itu halal, dan ada aturan kenapa mesti dicerai seperti jika aturan Allah – Rasul dilanggar. Jadi justru akan menjadi petaka bagi manusia jika tidak ada cerai, sebab kalau ada hal-hal yang keluar dari hukum kemudian tidak bisa bercerai berarti dosa. Untuk menghindari dosa itulah maka dalam islam diperbolehkan (halal) bercerai. Jadi kalau sudah bercerai berarti itu bukan lagi jodohnya. Biar gampang anggap saja seperti kita membawa air, ketika mau kita minum terus tumpah ke tanah. Atau air itu direbut orang. Padahal kita udah siapkan dari rumah untuk bekal di jalan kalau haus. Apa yang kita lakukan agar hilang haus kita? Ya mencari air di tempat lain yang punya air. Ingat, perceraian bisa juga disebabkan karena kematian. Jadi kalau kita mengingkari adanya perceraain berarti kita mengingkari kematian. Berarti juga mengingkari qodar. Kenapa Allah memberi jodoh, kemudian bercerai? Sebab Allah ingin memberi cobaan kepada hambanya untuk mengetahui seberapa besar iman seorang hamba tsb. Lihat Surat Ankabut ayat 2. Jadi yang perlu dipahami bersama bahwa ayat-ayat nikah dan ayat-ayat cerai itu sebagai bagian dari skenario Allah kepada hambanya. Dan kita tahu bagaimana menyikapi adanya skenario Allah yang sudah tertulis 50.000 tahun sebelum kejadian langit dan bumi ini. Tentunya dengan usaha dan doa. Tidak seperti yang kita lihat di masyarakat umum, sebenarnya perceraian yang diperbolehkan itu jika terjadi pelanggaran terhadap aturan Allah dan Rasul. Seperti istri kita nggak mau ngaji lagi, istri kita ketahuan berzina, suami ringan tangan, atau masalah lain sepanjang bisa diterima oleh pengatur/pengurus. Sebab sudah jelas diterangkan islam melarang icip-icip (kawin cerai hanya bertujuan merasakan berbagai varietas perempuan). Dan juga tidak boleh karena alasan tidak suka lagi, seperti udah bosen, ingin cari yang lebih muda lagi atau alasan hawa nafsu yang lain. Jawaban lugasnya kenapa orang bercerai karena mereka tidak bisa lagi melaksanakan hudud Allah rasul dalm rumah tangganya.
MURTAD: dia juga sempet menanyakan apa hukumnya menikah kalau keduanya sudah sama-sama cukup usia dan sudah mapan, tapi dia masih ragu karena merasa belum siap untuk menikah….
USTADZ : Secara umum nikah sunnah hukumnya. Jika seperti kasus di atas, yang wajib adalah kedua orang tuanya untuk segera menikahkan. Dan anak berkewajiban taat kepada orang tuanya selama tidak maksiat. Selain itu, nikah diperlukan guna menjaga dan menyempurnakan agamanya. Orientasi inilah yang sangat penting diingat dan dilakukan – yaitu menyempurnakan keimanan dan memperbanyak pahala, menghindari dosa. Adanya keraguan itu karena godaan syaitan. Untuk menghilangkannya banyaklah berdoa dan berserah diri pada Allah. Tawakal adalah sebaik-baik jalan dalam menjalani semua kehidupan ini. Jika masih belum hilang hidupkanlah semangat perang fisabililah dalam menempuh bahtera rumah tangga. Jangan biarkan hidup dalam kesia-sian dalam mencari pahala dan surga. Jika masih ragu, berarti sifat kemunafiqan mungkin telah bersemayam dalam diri anda. 

Perbanyaklah dzikir kepada Allah..

Takdir Pernikahan

بسم الله الرحمن الرحيم


Pernikahan itu sesungguhnya Adalah Takdir dari Allah, dan hanya Allah yang mengetahuinya, untuk lebih jelasnya inilah pembahasan mengenai sejarah pernikahan di dunia :

Pernikahan adalah sesuatu yang mengikatkan dua pribadi yang berbeda dalam naungan kasih sayang. Tapi sekarang ini kita menyaksikan sebuah fenomena yang rupanya sudah dianggap hal biasa oleh masyarakat kita yaitu nikah cerai.

Sebelumnya saya akan memaparkan secara singkat sejarah pernikahan di beberapa peradaban sebelum turunnya ajaran Islam.

1. Peradaban Romawi
Pernikahan adalah sebuah kontrak sipil yang dengannya perempuan terbebas dari kuasa ayah dan suaminya. Perceraian adalah suatu hal yang mudah dan lazim pada masa itu. Perempuan Romawi bebas memiliki beberapa orang suami. Bahkan, mereka menghitung umur mereka dari berapa banyak suami yang telah mereka nikahi. Sementara itu, kaum lelaki boleh berhubungan intim sebelum menikah dengan kaum perempuan. Jika perempuan itu hamil, maka laki-laki itu akan menikahinya. Tetapi jika ternyata perempuan itu tidak hamil, maka laki-laki itu tidak akan menikahinya. Pada saat itu perzinahan merajalela dan teater dijadikan tempat untuk kontes wanita telanjang. Pada kondisi inilah kebesaran Romawi mulai memudar dan membawanya pada kehancuran peradaban.

2. Peradaban Yunani
Norma pernikahan sama sekali tidak diakui pada zaman itu. Hal ini dikarenakan cerita-cerita rekaan yang sangat menyudutkan posisi kaum wanita. Sehingga pada saat itu wanita dianggap sebagai komoditas yang bisa dikuasai laki-laki. Wanita diperlakukan dengan sangat hina dan hanya dijadikan sebagai pelampiasan nafsu seksual. Bahkan pada saat itu seorang suami boleh menjadikan istrinya sebagai bayaran jika dia kalah berjudi.

3. Peradaban Cina
Dalam peradaban ini, seorang suami diperbolehkan menjual istrinya jika ia memerlukan uang. Bahkan, seorang suami diperbolehkan membunuh istrinya tanpa adanya alasan yang jelas.

4. Peradaban Arab jahiliyah
Pada waktu itu, kaum laki-laki berlomba satu sama lain untuk memiliki istri sebanyak-banyaknya demi membuka relasi dengan suku yang lain. Ada beberapa jenis pernikahan dalam budaya masyarakat Arab waktu itu yang jelas-jelas mendiskreditkan kedudukan kaum wanita, yaitu :

Al-dayzan, seorang anak boleh menikahi ibunya setelah si ibu ditinggal mati oleh sang ayah. Cukup dengan melemparkan sehelai kain kepada ibunya, secara otomatis anak itu sudah mewarisi ibunya sebagai istri.
Zawj al-balad, yaitu dua orang suami bersepakat untuk saling menukar istri.
Zawaj al istibda, seorang suami menyuruh istrinya untuk bersetubuh dengan laki-laki lain yang memiliki keunggulan. Setelah hamil, wanita itu harus kembali kepada suaminya. Dengan proses seperti ini diharapkan suami istri itu mendapatkan keturunan dengan “bibit unggul”.

Sekarang kita akan melihat kedudukan pernikahan dan perceraian dalam Islam. Islam adalah agama yang Syaamil Mutakamil (sempurna dan menyeluruh). Semua aturan yang ditetapkan syariat islam sangat sesuai dengan fitrah manusia. Tidak ada satu pun dari aturan yang telah ditetapkan itu bertujuan untuk menyusahkan manusia. Perintah-Nya adalah penghubung kita kepada-Nya, larangan-Nya merupakan sebuah bentuk penjagaan, dan ujian yang diberikan adalah perwujudan cinta-Nya kepada kita.

Islam menempatkan ikatan pernikahan sebagai satu anugerah yang sangat besar bagi manusia. Ikatan ini menjadikan sesuatu yang tadinya haram menjadi halal, bahkan membuatnya menjadi ibadah. Islam telah mengatur bagaimana kita harus menjaga sikap terhadap lawan jenis sebelum terjadi pernikahan.Sebagian yang lain menyadari, aturan ini adalah sebuah penjagaan identitas yang akan menyelamatkan mereka dari berbagai gangguan. Hal ini sangat sesuai dengan fitrah manusia yang menginginkan sesuatu yang terbaik bagi mereka. Sebagai manusia normal, mereka akan cenderung memilih sesuatu yang masih baru dari pada yang sudah bekas. Masa penantian sebelum menikah mengajarkan kita untuk bersabar karena sesuatu itu akan sangat indah dinikmati jika waktunya sudah tiba. Dan masa-masa setelah pernikahan mendidik kita untuk berjuang demi menjadikan ikatan itu sesuatu yang barakah dan menentramkan. Sekali lagi, aturan yang telah ditetapkan Islam adalah untuk kebaikan manusia, bukan untuk menyusahkannya.

Jika sebelum menikah saling berpandangan mesra dan berpegangan tangan itu dilarang keras, maka setelah pernikahan dua hal itu sangat dianjurkan untuk menjaga keharmonisan. Sebelum menikah, hubungan intim itu akan menjadi perzinahan, setelah menikah, ia menjadi ibadah. Dari beberapa hal itu saja kita sudah bisa melihat betapa pernikahan adalah satu ikatan yang menyelamatkan. Tidak hanya menyelamatkan harga diri kita sebagai manusia, tapi juga menyelamatkan garis keturunan atau nasab.

Lebih jauh lagi, pernikahan dalam Islam adalah gerbang menuju sebuah peradaban yang generasinya adalah mereka yang memiliki akhlak yang luhur dan menegakkan syari’at islam. Karena melalui pernikahan yang barakah, terciptalah sistem pendidikan terbaik yang diberikan orang tua kepada anaknya.

Islam menurunkan aturan-aturannya disertai dengan berbagai keringanan yang bisa kita lakukan jika pada kondisi tertentu kita tidak bisa sepenuhnya melaksanakan aturan itu. Berbicara tentang pernikahan, mau tidak mau kita pasti akan menyinggung masalah perceraian. Kata cerai seolah-olah telah menjadi momok yang menakutkan yang kebanyakan orang menganggapnya sebagai hal yang tidak baik. Padahal, tidak setiap ikatan pernikahan yang berakhir dengan perceraian menjadi sesuatu yang buruk. Pada kondisi tertentu, cerai justru menjadi sebuah jalan penyelamatan.

Sesuatu yang halal yang paling dibenci Allah adalah thalaq (cerai). Ini menunjukkan kepada kita bahwa bercerai bukanlah suatu tindakan yang haram. Memang tujuan kita menikah bukanlah untuk bercerai, tapi ketika kondisi pernikahan sudah tidak bisa memberikan barakah kepada kedua pihak, maka bercerai adalah jalan penyelesaian. Perceraian itu pun terjadi secara baik-baik, tanpa harus menyisakan sisa-sisa kemarahan atas kondisi penyebab perceraian atau persengketaan masalah pembagian harta setelah perceraian.

“Ada tiga hal yang kesungguhannya adalah kesungguhan, dan gurauannya pun dinilai kesungguhan. Ketiganya adalah nikah, cerai, dan ruju’.” (Abu Hanifah). Hal ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan sebuah pernikahan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya dalam kaca mata Islam. Sehingga kita tidak bisa menjalaninya dengan menyepelekan segala proses yang terjadi di dalamnya. Jika seorang suami mengucapkan kata “cerai” terhadap istrinya, maka sebenarnya itu sudah termasuk proses bercerai dalam Islam. Dan untuk bisa kembali berhubungan badan haruslah ada proses ruju’. Dan dalam islam, thalaq atau cerai yang diperbolehkan ruju’ hanya dua kali.

Proses perceraian dalam islam itu diperbolehkan ketika memang pernikahan yang ada sudah tidak lagi barakah, bukan perceraian yang dilandaskan pada nafsu dan ego diri. Contoh perceraian yang tidak pada tempatnya adalah, seorang suami menceraikan istri hanya karena ingin menikah lagi. Atau seorang istri minta cerai kepada suami karena ada gosip suaminya itu berselingkuh tanpa ada pengusutan lebih lanjut.

Mengapa perceraian adalah sesuatu hal yang halal tapi sangat dibenci Allah? Karena ketika terjadi sebuah perceraian, silaturahmi yang terputus tidak hanya antara suami dan istri. Tetapi juga silaturahmi dua pihak keluarga. Dan yang paling mendapat pengaruh adalah kondisi anak-anak dari pasangan itu. Tetapi sekali lagi, perceraian tidak selalu merupakan suatu hal yang buruk.

Wallahu a'lam bi shawab..

Senin, 21 September 2015

Perbandingan Waktu

بسم الله الرحمن الرحيم


"Demi masa... Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. al-Ashr: 1-3)

Berdasarkan pendekatan Dalam al-Quran, perbedaan waktu (waktu dunia dengan waktu akhirat) itu bisa dilihat dalam surat:

"Dan sesungguhnya satu hari (menurut perhitungan) Tuhanmu adalah seperti 1000 tahun menurut perkiraanmu." (Al-Hajj ayat 47)

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (As-Sajdah ayat 5)

Jadi, dalam ayat tersebut disampaikan bahwa: perbandingan waktu dunia dengan waktu akhirat itu "satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia". Sungguh, suatu waktu yang sangat lama dan berbeda sangat tajam, hingga wajarlah jika Allah swt bersumpah demi waktu.
Dan kalau kita bandingkan dengan umur kita hidup di dunia ini dengan waktu di akhirat, dan kita ambil nilai rata-rata usia hidup manusia pada saat ini (yaitu berkisar umur 60-an tahun), atau kita ambil contoh dari Rasulullah Saw yang hidup sampai usia 63 tahun, maka usia kita hidup di dunia ini hanya 1,5 jam waktu akhirat.


Mari kita sama-sama belajar menghitung:

1.000 tahun di dunia = 1 hari di akhirat.
24 jam akhirat = 1.000 tahun dunia.
12 jam akhirat = 500 tahun dunia.
6 jam akhirat = 250 tahun dunia.
3 jam akhirat = 125 tahun dunia.
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun dunia.

Hasilnya, ternyata dunia yang sering kita banggakan selama ini, dimana di dalamnya kita berlomba-lomba untuk saling membunuh, menipu, mendhalimi, menyakiti, membohongi, korupsi, selingkuh, berzina, dll, ini hanya bernilai 1,5 jam saja di akhirat.

Selain itu, jika jangka waktu usia kita rata-rata 63 tahun dan waktu yang kita gunakan untuk tidur atau beristirahat adalah 8 jam sehari (sepertiga dari waktu sehari, 24 jam), maka waktu yang kita gunakan untuk tidur adalah 21 tahun. Jadi, kalau 63 tahun dikurangi waktu tidur 21 tahun, maka hidup kita ini hanya 42 tahun atau satu jam saja waktu akhirat.

Dan... Kalaupun setiap hari kita menunaikan shalat wajib 5 waktu (seandainya setiap satu waktu untuk shalat itu 5 menit), maka:

5 x 5 = 25 menit.

Dalam 1 hari, kita menghadap kepada ALLAH (shalat) hanya 25 menit saja. Dalam 1 minggu berarti 175 menit. Dalam 1 bulan berarti 700 menit. Dan dalam setahun berarti sekitar 8400 menit (140 jam).

Jika kita mati umur 63 tahun, berapa menitkah waktu yang kita gunakan untuk menghadap (beribadah) kepada Allah swt?

Oke, mari kita belajar menghitung lagi...

ILUSTRASI:

63 tahun waktu hidup normal.
(Sekedar info, sholat kita yang diterima (sah) adalah saat kita sudah baligh. Usia baligh mungkin sekitar umur 13 tahun).

63 - 13 = 50 tahun.

Jadi,
50 tahun x 140 jam = 7000 jam.
7000 jam = 292 hari.
292 hari = 9 bulan.

Seandainya kita diberi umur 63 tahun, dan seandainya kita rajin shalat 5 waktu tanpa henti, ternyata kalau dihitung-hitung menggunakan matematika dunia, maka bisa disimpulkan bahwa: dari umur 63 tahun yang kita punya, kita hanya punya waktu 9 bulan untuk beribadah kepada Allah swt.

Renungan
Saya mengingatkan bahwa semua hitungan yang diuraikan diatas hanyalah asumsi dan bukanlah sebuah angka pasti. Mustahil bagi kita sebagai manusia menghitung kekuasaan Allah SWT yang maha tidak terbatas. Karena sesungguhnya kita sebagai manusia hanya diberi ilmu yang amat sangat sedikit.

Hitungan diatas dibuat dengan sederhana dengan harapan agar kita memahami bahwa alam dunia ini hanyalah sedikit dan sebentar saja dibandingkan dengan alam akhirat nanti. Sehingga kita bisa memanfaatkan waktu hidup ini sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Allah S.W.T.

Jadi, masihkah kita menganggap jika waktu didunia sebanding dengan waktu di akhirat ..?

Semoga kita semua diberikan hidayah oleh Allah S.W.T untuk memperbaiki diri dan bertaqwa kepadanya...

Pengadilan di Akhirat & Keadilan Allah

بسم الله الرحمن الرحيم



Di pengadilan akhirat, semua keyakinan, ucapan dan perbuatan ditimbang seadil-adilnya. Tak ada yang terlewatkan, kendati hanya sebesar inti atom seperti firman Allah dalam surat (QS. Al-Zalzalah/99 : 7 – 8).

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (inti atom)-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah (inti atom)-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula".

Yang lebih mengerikan lagi ialah, setiap manusia pada pengadilan akhirat nanti tidak akan bisa menyewa pengacara, didampingi keluarga, sanak saudara dan siapapun mereka. Tak satupun di antara mereka yang dapat menolong kita sebagaimana halnya saat hidup di dunia. Setiap kita akan maju sendiri-sendiri di hadapan pengadilan Allah yang Maha Adil mempertanggung jawabkan keimanan, ucapan dan perbuatan kita. Bahkan mulut atau lidah kita yang pada pengadilan dunia bisa bicara dan bisa berdusta, pada pengadilan akhirat nanti akan terkunci mati, kelu dan tak bisa berkata, kendati hanya sepatah kata. Yang menjadi saksi adalah tangan, kaki, telinga, mata dan kulit kita seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya dalam surat (Yasin/36 : 65).

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Pada hari ini, Kami kunci mulut-mulut mereka, dan yang akan berbicara adalah tangan-tangan mereka, dan yang akan bersaksi adalah kaki-kaki mereka terhadap apa yang mereka kerjakan (dulu di dunia)".

Pada pengadilan akhirat nanti, harta, anak, jabatan dan apa saja yang dibanggakan di dunia ini tidak akan berguna sama sekali. Hanya iman yang bersih dari khurafat dan syirik serta amal sholeh yang dapat menolong kita, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat (Asy Syu'araa'/26:88–89).

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

"Pada hari (akhirat) tidak akan bermanfaat lagi harta dan anak-anak. Kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang sehat (aqidah tauhid)".


Keadilan Allah

Bagaimana nasib orang-orang yang tidak percaya pada hari kiamat, bagaimana ketika mereka bertemu dengan Tuhan mereka dan menyaksikan surga dan neraka?

"Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku". (QS. Az-Zumar, 39: 15-6)

Jadi, adilkah Allah apabila Dia membiarkan manusia begitu saja, melakukan kemaksiatan dan apapun yang mereka mau tanpa adanya pahala atau azab di dunia ini dan di akhirat? Allah memperingatkan:

"kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?) 
(QS. Al-Qiyaamah, 75:34-6)

Mungkin kisah dibawah ini bisa dijadikan contohnya. Ini kisah nyata tentang seorang gadis beragama Islam.

Di sebuah negara yang melaksanakan hukum Islam, kadang-kadang pihak pemerintah menjalankan pemeriksaan atau razia mendadak di tempat-tempat perbelanjaan dan terkadang di tempat umum yang ramai lainnya, untuk memastikan para pegawainya menutup aurat.

Mereka yang ketahuan melanggar akan diberi teguran bagi kesalahan pertama, dan didenda jika didapati masih tidak mau mematuhi peraturan yang ditetapkan.

Lazimnya dalam setiap razia tersebut, seorang ustadz ditugaskan bersama dengan para petugas yang merazia. Tugasnya adalah untuk menyampaikan nasihat, karena hukuman dan denda semata-mata tidak mampu memberi kesan yang mendalam.

Dalam satu insiden, ketika operasi razia yang dilaksanakan sekitar tahun 2005, seorang gadis yang bekerja di salah satu toko di Pasaraya Billion telah didapati melakukan kesalahan tidak menutup aurat. Maka dia pun kena denda.

Setelah surat diberikan oleh pegawai, ustadz ini pun memberi gadis itu nasihat, "Setelah ini saya harap saudari insaf dan dapat mematuhi peraturan. Peraturan ini bukan semata-mata peraturan majelis perbandaran, tapi menutup aurat ini termasuk perintah Allah. Ringkasnya, kalau menaati segala perintah-Nya, pasti Dia akan membalas berupa nikmat di surga. Kalau durhaka tak mau patuhi perintah-Nya, takutnya nanti kamu tidak sempat bertaubat dan mendapat azab di neraka. Allah itu Maha Penyayang, Dia sendiri tidak mau kita masuk ke dalam neraka..."

Gadis tersebut yang dari awal berdiam diri dan hanya mendengarkan, tiba-tiba membentak, "KALAU TUHAN ITU MAHA PENYAYANG, KENAPA DIA MENCIPTAKAN NERAKA? Kenapa tidak menyediakan surga saja buat mahluk-mahluk-Nya? Seperti itukah Tuhan yang disebut Maha Penyayang?"

Mungkin dari tadi telinga gadis ini sudah 'panas', tak tahan dengar nasihat sang ustadz. Sudah hatinya panas dinasihati, kena denda pula.

Ustadz itu sempat kaget, “Bahaya nih. Kalau dibiarkan bisa rusak aqidahnya.”

Setelah gadis itu marah, ustadz pun menjawab: "Adikku, kalau Tuhan tidak menciptakan neraka, saya tidak mau jadi ustadz. Memangnya kamu pikir gaji saya sekarang besar? Lebih baik saya jadi bandar judi, atau bandar narkoba. Hidup di dunia bisa bersenang-senang, dan setelah mati pun tidak akan risau sebab sudah dijamin masuk surga.

Mungkin kamu pun akan saya culik dan jual jadi wanita malam. Kalau kamu melarikan diri, akan saya bunuh saja. Jika neraka tidak ada, saya tidak akan takut berbuat begitu, karena saya tidak akan mendapatkan azab dari Allah.

Namun tidak begitu adikku, nanti mudah-mudahan kita berdua bisa bertemu di surga. Bukankah Tuhan itu Maha Penyayang?"

Gadis itu terkejut mendengar sang ustadz berkata seperti itu? Dia terheran-heran dan wajahnya kebingungan.

Ustadz itu pun menjelaskan, "Masalah seperti tadi akan berlaku kalau Tuhan hanya menyediakan surga. Orang baik dan orang jahat, pembunuh dan perampok, semuanya masuk surga. Maka untuk apa jadi orang baik? Jadi orang jahat dan bisa sesukanya berbuat maksiat lebih menyenangkan bukan? Manusia tak perlu lagi diuji sebab semua orang akan 'lulus' dengan cuma-cuma. Pembunuh akan bertemu orang yang dibunuh dalam surga. Pencuri akan bertemu lagi dengan pemilik harta yang dicurinya dalam surga, setelah itu pencuri itu bisa mencuri lagi kalau dia mau. Tidak ada yang akan menerima hukuman. Apakah Tuhan seperti ini yang kita mau? Apakah kamu rasa Tuhan yang seperti itu bertindak adil?" tanya ustadz.

"Ya tidak adil kalau seperti itu. Orang jahat tidak bisa terlepas dari kesalahannya seperti itu saja." Gerutu si gadis.

Sang ustadz tersenyum dan bertanya lagi: "Bila Tuhan yang seperti itu kamu katakan tidak adil, apakah Tuhan seperti itu dianggap baik?" Ditanya seperti itu, gadis itu hanya bisa terdiam.

Ustadz pun mengakhiri kata-katanya: "Adik, saya memberi nasihat ini karena kamu sebagai rasa peduli sesama Muslim. Allah itu Maha Penyayang, tapi Dia juga Maha Adil. Itulah sebabnya neraka itu diperlukan. Neraka digunakan untuk menghukum hamba-hamba-Nya yang durhaka, yang mendzalimi diri sendiri dan juga orang lain.

Saya rasa kamu sudah paham sekarang. Kita sedang diuji di dunia ini, siapakah diantara kita yang baik amalnya. Jasad kita bahkan segala-galanya milik Allah, maka bukan HAK kita untuk berpakaian sesuka hati kita. Ingatlah; semuanya dipinjamkan oleh-Nya, sebagai amanah dan ujian. Semoga kita dapat bersabar dalam mentaati segala perintahNya, untuk kebaikan diri kita juga."

Allah Yang Maha Adil juga telah memberikan peringatan tegas di sepanjang zaman melalui nabi-nabi-Nya kepada mereka yang kafir kepada-Nya. Dia dengan jelas memberikan janji berupa surga bagi mereka yang beriman kepada-Nya dan neraka bagi mereka yang kafir kepada-Nya selagi mereka hidup di muka bumi. Mereka tidak percaya kepada tanda-tanda-Nya, peringatan dan firman-Nya. Allah berfirman kepada orang-orang kafir.

_Allah selalu menempatkan segala sesuatu pada tempat yang semestinya_

Apakah Surga Hanya Untuk Muslim dan Non Muslim Masuk Neraka ?

بسم الله الرحمن الرحيم


Pertanyaan:

Apakah surga hanya untuk agama islam saja begitu juga neraka ? apakah orang yang telah berbuat banyak dosa ada kemungkinan masuk surga ? Bagaimana dengan agama diluar islam, apakah mereka juga akan diazab padahal mereka didunia selalu berbuat baik dan berlaku juga surga dan neraka ?

Jawaban:

Surga hanya diperuntukkan buat orang-orang yang punya iman kepada Allah SWT meski hanya secuil. Iman disini maksudnya bukan sekedar percaya bahwa Allah SWT itu ada, tetapi mengakui Allah SWT sebagai sembahan, Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul, Al-Quran sebagai kitab suci, mengakui adanya nabi terdahulu dan juga kitab-kitab mereka, mengakui adanya hari akhir serta adanya taqdir baik dan buruk.

Secara formal lidahnya haruslah mengucapkan dua kalimat syahadat. Sedangkan dari lubuk hatinya ikut membenarkan dan seluruh anggota badannya membuktikan bahwa dirinya adalah seorang muslim.

Hanya orang-orang yang sudah memenuhi kriteria ini sajalah yang punya peluang masuk surga. Namun kalau timbangan amal keburukannya lebih berat dari timbangan amal baiknya, dia harus menjalani dulu siksaan sebagai penebus dosa-dosanya di neraka. Hingga masa waktu yang hanya Allah SWT saja yang tahu, barulah dia bisa masuk surga.

Sedangkan bila sejak awal sudah ingkar kepada salah satu rukun iman berarti gugur pula ke-Islamannya, atau bahkan sama sekali tidak mengaku muslim, maka tidak ada cerita bisa masuk surga. Tempatnya adalah neraka selama-selamanya. Maka setelah masa kenabian Muhammad SAW, agama apapun yang dipeluk orang selain Islam hanya akan membawa mereka ke neraka. Sebab selain Islam, Allah SWT tidak akan menerimanya.

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya". (QS. Ali Imaran : 19)
[*Al Kitab Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.]

Meskipun secara lahiriah pemeluk agama non Islam itu sering berbuat kebaikan kepada sesama. Tapi di sisi Allah SWT, semua amal kebajikan di dunia ini tidak lain hanyalah fatamorgana.

"Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya". (QS. An-Nuur : 39)

Di hari akhir nanti, orang-orang yang tidak memeluk Islam akan merasa menyesal, karena mereka menyangka cukup sekedar berbuat baik kepada orang-orang akan mengantarkannya ke surga. Padahal surga tidak dihuni kecuali oleh orang-orang muslim saja.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa", (QS. Ali Imran : 133)

Sedangkan pemeluk nasrani, yahudi, majusi, Hindu, Budha, Konghuchu dan apapun agama di dunia ini, akan menghuni neraka selamanya.

Mereka kekal di dalamnya. Sebab tak ada secuil pun iman di dada. Sementara amal kebaikan mereka hanyalah fatamorgana. Tidak ada gunanya.

"Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab: "Benar ". Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir". (QS. Az-Zumar : 71)
"Dikatakan : "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya" Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri". (QS. Az-Zumar : 72)