Kamis, 08 Oktober 2015

Salah Jatuh Cinta

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalaamu'alaikum Wr. Wb

 

Cinta adalah perasaan yang senantiasa melekat dalam hati setiap hamba. Inilah anugerah yang Allah berikan kepada manusia untuk diarahkan kepada hal-hal yang positif sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Namun sangat disayangkan, kebanyakan manusia tidak mengerti cara mengelola perasaan cinta pada koridor yang benar. Akibatnya, mereka menggelincirkan diri mereka sendiri ke jurang kehancuran. Tidak jarang mereka mencintai sesuatu yang tidak bermanfaat bagi mereka dan membenci sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Hal ini terjadi karena jahil-nya mereka akan hakikat cinta dan benci yang sesungguhnya. Sehingga mereka tidak tahu apa yang harus dicintai dan dibencinya, juga untuk dan karena apa sebetulnya ia mencintai dan membenci. Bahkan, dia tidak mengetahui apakah yang dia cintai atau dia benci itu merupakan suatu kebaikan atau bukan.
 
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, yang artinya:

(وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة:216
artinya:
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya niscaya ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya menjadi yang paling ia cintai daripada selain keduanya, (2) Mencintai seseorang karena Allah semata, (3) Benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api Neraka.”

Seorang Muslim tidaklah mencintai seseorang kecuali karena agamanya yang haq, dan tidak pula membencinya karena agamanya yang bathil. Oleh sebab itu, seorang Muslim mencintai para Nabi, shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih, karena mereka melakukan apa-apa yang dicintai oleh Allah S.W.T. Dan ini merupakan kesempurnaan cinta mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan seorang Muslim juga membenci orang-orang kafir, kaum munafiqin, ahlul bid’ah dan pelaku maksiat, karena mereka melakukan apa yang dibenci oleh Allah S.W.T. Dan siapa saja yang melakukan itu, maka ia telah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.

Sesungguhnya Allah S.W.T dengan rahmat-Nya, telah menyatukan hati kaum mukminin di atas keta’atan kepada-Nya. dengan menjadikan cinta semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berpegang teguh dengan tali-Nya yang kuat. 
Allah S.W.T berfirman yang artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran: 103)

Ketika seseorang telah menjadikan materi yang fana sebagai dasar rasa cinta dan bencinya, maka sesungguhnya ia hanya akan menjadi penghalang dan membuat manusia berselisih, berpecah belah dan tidak bisa mempersatukan. Sesungguhnya permusuhan yang timbul di antara orang-orang yang tadinya berkawan akrab adalah bersumber dari kecintaan mereka atas dasar kepentingan dunia, yang mereka berkumpul di atas kesesatan dan saling mendorong kepada kemaksiatan. 
Dan pada hari dimana setiap diri akan mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya di dunia, sebagian dari mereka akan mencela sebagian yang lain dan melemparkan kesesatan juga akibat buruk atas sebagian yang lain. Pada hari itu mereka akan berubah menjadi musuh, padahal sebelumnya mereka adalah teman akrab yang saling membantu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67).

Hilanglah semua kawan karib dan teman akrab dahulu. Dan ketika orang-orang yang berkawan karib itu sibuk dalam persengketaan dan penyesalan, orang-orang yang berkasih sayang karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berada dalam rasa aman, thuma’ninah dan sakinah, saling berhubungan karena Allah dan saling menasihati karena Allah, juga mereka mendapatkan naungan dari Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya:
“Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.” (QS. Az-Zukhruf: 68).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya: (1)Seorang Imam yang adil, (2)Seorang pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan beribadah kepada Rabb-nya, (3)Seorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, (4)Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dam berpisah juga karena Allah, (5)Laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang terpandang dan cantik untuk berzina lantas ia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.” (6) Seorang yang menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, (7)Seorang yang berdzikir kepada Allah dengan menyepi seorang diri hingga bercucuran air matanya.”

Mencintai dan membenci karena Allah ‘Azza wa Jalla memiliki beberapa keutamaan yang akan menjadi keuntungan tersendiri untuk hamba-hamba yang menjadikan keridhaan Allah sebagai satu-satunya tujuan, yaitu :

1. Cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang saling mencintai karena Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Seorang laki-laki mengunjungi saudaranya (seiman) di kota lain. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim satu Malaikat untuk mengikuti perjalanannya. Tatkala bertemu dengannya, Malaikat itu bertanya: ‘Kemanakah engkau hendak pergi?’ Ia menjawab: ‘Aku hendak mengunjungi saudaraku di kota lain.’ Malaikat itu bertanya lagi: ‘Adakah suatu keuntungan yang engkau harapkan darinya?’ Ia menjawab: ‘Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.’ Maka Malaikat itu berkata: 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.'

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, artinya:
“Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai seorang hamba niscaya Jibril akan berseru: ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyerukan kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai fulan, maka cintailah ia.’ Maka penghuni langit pun mencintainya, kemudian diberikan kepadanya penerimaan yang baik di kalangan penduduk bumi.”
2. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah S.W.T berada di bawah naungan ‘Arsy ar-Rahmaan pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bertanya nanti pada hari Kiamat: ‘Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.”

3. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya pada hari Kiamat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah riwayat dari Rabb-nya,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat cemburu para Nabi dan syuhada.”

4. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah orang-orang yang tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak akan bersedih.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, artinya:
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada yang bukan Nabi, tetapi para Nabi dan syuhada merasa cemburu terhadap mereka. Ditanyakan: ‘Siapakah mereka? Semoga kami dapat mencintai mereka.’ Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena cahaya Allah tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Wajah-wajah mereka bagaikan cahaya di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak takut di saat manusia takut dan mereka tidak bersedih di saat manusia bersedih.’ Kemudian beliau membacakan ayat:
“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62)”

5. Cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebabkan seseorang meraih kelezatan iman.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Barang siapa yang ingin meraih kelezatan iman hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.”

6. Cinta dan benci karena Allah merupakan bukti kesempurnaan iman.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan (tidak memberi) karena Allah, sungguh ia telah menyempurnakan keimanan.”

7. Cinta karena Allah merupakan jalan menuju Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga saling berkasih sayang. Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang apabila kalian melakukannya niscaya kalian akan saling berkasih sayang? Sebarkanlah salam di antara kalian.”


Wallahu a'lam bi shawab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar